Bojonegoro,
Suasana duka menyelimuti Pondok Pesantren Al-Feosyid, Bojonegoro. Sejak pagi, para santri, ulama, dan masyarakat berdatangan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhumah Mbah Nyai Hj. Malikah, istri dari Mbah KH. Masyhur, pendiri pesantren yang telah menjadi cahaya bagi banyak umat.
Di tengah lautan doa dan isak tangis, Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah, hadir di rumah duka. Dengan langkah perlahan dan mata yang berkaca-kaca, ia menyampaikan belasungkawa yang mendalam. Kepergian Mbah Nyai bukan hanya kehilangan bagi keluarga besar pesantren, tetapi juga bagi masyarakat Bojonegoro yang mengenal beliau sebagai sosok alim, penuh kelembutan, dan teladan dalam mengajarkan nilai-nilai Islam.
“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un… Saya bersaksi bahwa beliau adalah sosok yang salehah, penuh ketawadukan, dan selalu memberikan ilmu serta kasih sayang kepada para santrinya. Kehilangan ini sangat mendalam bagi kami semua,” ucap Nurul Azizah dengan suara bergetar.
Di sisi jenazah, Nurul Azizah turut menundukkan kepala dalam doa panjang. Wajahnya tak mampu menyembunyikan kesedihan. Baginya, Mbah Nyai bukan hanya ulama besar, tetapi juga guru yang telah banyak memberikan bimbingan moral dan spiritual.
Para santri yang hadir tak kuasa menahan air mata. Mereka mengenang bagaimana Mbah Nyai selalu menyapa dengan senyum lembutnya, menasihati dengan penuh kasih, dan mengajarkan keikhlasan dalam setiap langkah hidup.
Saat jenazah diberangkatkan, Nurul Azizah ikut mengiringi, berdiri di antara ratusan pelayat yang berduka. Dengan penuh haru, ia melepas kepergian Mbah Nyai, mendoakan agar beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah.
“Sugeng tindak, Mbah Nyai. Semoga husnul khotimah,” bisiknya lirih.
Bojonegoro kehilangan sosok panutan, namun cahaya ilmu dan kebijaksanaan Mbah Nyai akan tetap hidup di hati mereka yang pernah merasakan kasih sayangnya.
Al-Fatihah…