Lamongan, Media Pojok Nasional –
Gegap gempita meledak di ruang final Java Science Olympiad (JSO) 2025 yang diselenggarakan di Universitas Brawijaya (UB) Malang. Dari ratusan peserta terbaik se-Jawa Timur, dua siswa dari SMP Negeri 4 Lamongan tampil mendominasi dan menggulung seluruh lawan di cabang Matematika Level 4.
Jason Alief Dibyanto (kelas 8A) sukses merebut Juara 1 dan Afika Rency Milano (kelas 7B) meraih Juara 2, keduanya mendapatkan medali emas, menciptakan rekor baru dalam sejarah keikutsertaan sekolah asal Lamongan di ajang ilmiah tingkat provinsi.
Kepala SMPN 4 Lamongan, Hari, mengatakan bahwa prestasi ini adalah buah dari sistem pendidikan progresif yang mereka jalankan, menggabungkan kedisiplinan akademik dengan pembinaan karakter dan logika berpikir kritis sejak dini. “Kami tidak mengejar lomba, kami membina manusia berpikir. Medali adalah hasil, bukan tujuan,” tegas Hari saat diwawancarai usai pengumuman pemenang.
JSO 2025 diikuti lebih dari 300 peserta dari 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur. Kompetisi menggunakan sistem berbasis logika adaptif, tidak hanya hafalan rumus, tetapi kemampuan berpikir strategis dan penyelesaian masalah dalam waktu terbatas. Jason mencetak skor 98 dari 100, sementara Afika 94, keduanya unggul jauh di atas rata-rata skor final yaitu 79. Soal mencakup topik: Aljabar lanjutan, Kombinatorika, Teori Bilangan, dan Logika Matematika Praktis.
Kemenangan ini membuka jalan baru bagi keduanya. Mereka kini mendapat undangan eksklusif dari Fakultas MIPA UB untuk mengikuti program Young Mathematician Incubation selama 6 bulan ke depan.
Selain itu, mereka juga menerima beasiswa pembinaan prestasi dari Dinas Pendidikan Lamongan dan akan memperoleh penghargaan khusus dari Bupati Lamongan, yang akan diserahkan pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tingkat kabupaten, awal Juni mendatang.
Kedua siswa ini telah melalui pelatihan intensif selama 4 bulan, termasuk simulasi soal internasional dan analisis model soal berbasis HOTS (High Order Thinking Skills). “Jason itu tipe pemecah pola. Afika lebih ke strategi numerik cepat. Dua-duanya pelajar langka. Kami hanya memoles berlian,” ujarnya.
Sementara itu, publik pendidikan di Lamongan menyambut pencapaian ini sebagai titik balik. SMPN 4 Lamongan naik kelas sebagai lokomotif baru pendidikan intelektual di pesisir utara Jawa Timur. (hamba Allah)