Mojokerto, media pojok nasional – Suasana penuh khidmat dan kekhusyukan menyelimuti Padepokan Perahu Kanjeng di Desa Truwolan, Kabupaten Mojokerto, pada hari kamis 17 Oktober 2024.
Puluhan ribu jamaah dari berbagai daerah memadati area padepokan tersebut untuk mengikuti pengajian rutinan yang dipimpin oleh tokoh kharismatik, Gus Im Mbah Gimbal. Acara pengajian ini tidak hanya menarik perhatian masyarakat lokal, tetapi juga jamaah dari berbagai kota di Jawa Timur dan luar daerah.

Gus Im, yang dikenal sebagai tokoh masyarakat sekaligus penerus tradisi spiritual Mojopahit, merupakan sosok panutan yang dihormati oleh banyak kalangan. Beliau memiliki karisma dan kharisma spiritual yang mendalam, membuat namanya tersohor di kalangan pengikut ajaran keagamaan dan kebudayaan setempat.
Padepokan Perahu Kanjeng, yang menjadi pusat kegiatan spiritual dan budaya di Desa Truwolan, sering kali menjadi tempat berlangsungnya berbagai kegiatan yang bersifat religius dan adat, salah satunya adalah pengajian rutinan ini.
Acara dimulai pada pukul 19.00 WIB dengan lantunan shalawat yang dipimpin oleh para santri dari padepokan. Jamaah yang hadir dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga lansia, dengan penuh kesabaran dan ketulusan mendengarkan setiap lantunan yang dipanjatkan.
Shalawat ini menjadi pembuka yang penuh makna, mengundang ketenangan dan kehadiran spiritual yang kuat di tengah-tengah acara tersebut.
Dalam sambutannya, Gus Im menyampaikan, pesan yang mendalam tentang pentingnya menjaga harmoni antara agama dan budaya.
Beliau menekankan pentingnya nilai-nilai leluhur yang tidak boleh hilang seiring dengan perkembangan zaman. “Mari Kita harus terus melestarikan ajaran leluhur, menjaga nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang kita. Namun, semua itu harus kita jalankan dengan sejalan dengan ajaran agama yang kita yakini. Dan Kita harus bisa membangun jembatan antara masa lalu dan masa kini,” ujar Gus Im dengan penuh kebijaksanaan.

Acara dilanjutkan dengan pengajian dan zikir bersama yang dipimpin langsung oleh Gus Im. Dengan suara merdu dan lantang, Gus Im memimpin jamaah dalam melantunkan doa-doa dan zikir yang diiringi suasana magis. Jamaah tampak larut dalam suasana zikir yang sakral, banyak di antara mereka yang menundukkan kepala sambil meneteskan air mata, merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta dalam suasana yang penuh spiritualitas.
Padepokan Perahu Kanjeng dikenal memiliki energi spiritual yang kuat. Menurut cerita masyarakat setempat, padepokan ini telah berdiri sejak ratusan tahun yang lalu dan menjadi tempat berkumpulnya para ulama dan tokoh masyarakat pada masa kejayaan Kerajaan Mojopahit. Hingga kini, aura kesakralan tempat tersebut masih terasa dan tetap terjaga, menjadikan setiap acara di padepokan tersebut selalu dihadiri ribuan jamaah.
“saya datang ke sini, untuk rasanya selalu berbeda. Karena Ada ketenangan yang tidak bisa saya temukan di tempat lain. Apalagi mendengar langsung tausiyah dari Gus Im, rasanya hati ini jadi lebih damai,” ujar salah satu jamaah yang hadir.
Bapak Wahyudi, warga dari Surabaya yang rutin menghadiri pengajian di padepokan tersebu
Selain menyampaikan pesan spiritual, Gus Im juga menyinggung pentingnya menjaga kebersamaan dan toleransi dalam kehidupan. bermasyarakat sehari-hari Beliau menekankan bahwa di tengah-tengah kehidupan yang semakin kompleks, masyarakat harus terus menjaga persatuan, menghargai perbedaan, dan saling tolong-menolong antar sesama.
“Kita hidup dalam masyarakat yang beragam, baik dari segi agama, suku, dan budaya. Namun, perbedaan itu seharusnya bukan menjadi alasan untuk terpecah, melainkan untuk saling melengkapi. Dalam ajaran Islam, kita diajarkan untuk selalu menjaga ukhuwah, persaudaraan, tanpa memandang latar belakang. Mari kita bangun kehidupan yang penuh toleransi, saling menghormati dan membantu,” pesan Gus Im dengan penuh ketegasan.
Apa yang disampaikan, Gus Im ini terasa relevan di tengah situasi masyarakat yang sering kali dihadapkan pada berbagai perbedaan. Para jamaah pun terlihat mengangguk setuju dan berkomitmen untuk mengamalkan pesan-pesan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah pengajian dan zikir selesai, acara diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin langsung oleh Gus Im. Jamaah secara serentak menengadahkan tangan, memohon keberkahan dan perlindungan kepada Allah SWT. Suara lirih namun penuh harap terdengar memenuhi seluruh area padepokan, menambah kesakralan acara tersebut.
Doa bersama ini tidak hanya menjadi penutup yang hikmat, tetapi juga menjadi momen di mana para jamaah dapat merasakan kedekatan spiritual dengan Tuhan.
Gus Im menutup acara dengan memberikan berkat kepada jamaah yang hadir, seraya mengajak mereka untuk terus berbuat kebaikan dan menjaga hubungan baik dengan sesama.
“Semoga kita semua selalu diberi kesehatan, keselamatan, dan kelapangan rezeki. Mari kita pulang dengan hati yang lebih tenang, lebih damai, dan terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik,” ucap Gus Im mengakhiri acara dengan penuh kelembutan.(Bamz.Tri.S.H)