Air Mata Rezeki di Kaki Tugu Biawak: Saat Kejujuran Seorang Seniman Menghidupi Banyak Dapur yang Hampir Padam

Wonosobo, Media Pojok Nasional-
Tak ada seremoni. Tak ada panggung megah. Hanya sebuah patung biawak berdiri di simpang jalan Desa Krasak, Selomerto, Wonosobo. Namun dari monumen sederhana itulah, harapan tumbuh, rezeki mengalir, dan air mata bahagia tak bisa dibendung.

Setiap pagi, para pedagang kecil kini membuka lapak dengan semangat yang tak pernah mereka rasakan sebelumnya. Bukan karena bantuan dari atas, melainkan karena karya seorang seniman gondrong bernama Arianto.

“Dulu kami berdagang hanya untuk bertahan hidup,” tutur Bu Yati, penjual gorengan, suaranya bergetar. “Tapi sejak ada tugu ini, Allah beri jalan. Saya bisa beli beras, bisa kirim anak sekolah, bisa hidup tanpa utang. Saya sampai sujud di depan Mas Arianto. Bukan menyembah dia, tapi menyembah rasa syukur.”

Tangis itu menular. Seorang kakek penjual es dawet mendekap Arianto. Lama. Tanpa kata. “Sampeyan bukan bikin patung, Mas. Sampeyan nyalakan dapur-dapur kami yang hampir padam,” bisiknya lirih.

Yang membuat semua ini lebih memilukan sekaligus membanggakan: tugu seindah ini hanya dibangun dengan dana Rp50 juta. Sebuah angka yang hari ini terasa seperti tamparan keras bagi proyek-proyek sejenis yang menelan miliaran rupiah tapi tak memberi apa-apa selain kekecewaan.

“Ini karya yang lahir dari kejujuran. Gak ada mark-up, gak ada tipu-tipu. Tapi hasilnya, seluruh warga rasakan,” kata Pak Suro, penjual kopi. “Yang miliaran cuma bikin taman sepi, patung mati. Tapi ini… hidup. Hidupkan ekonomi, hidupkan hati.”

Arianto menolak disebut pahlawan. Ia hanya seniman. Tapi di mata warga, dialah yang mengubah jalanan sunyi menjadi simpul kehidupan. Tempat para pembeli datang, pedagang bersyukur, dan anak-anak tertawa.

“Lihat dia,” ucap seorang warga. “Apa yang dia dapat dari kejujurannya? Bukan cuma pujian. Tapi berkah. Cinta. Doa. Dan nama baik yang akan tinggal lama setelah patung ini pun kelak mungkin lapuk.”

Kini, tugu biawak tak sekadar ikon. Ia adalah tugu air mata. Pengingat bahwa kejujuran, saat menyatu dengan ketulusan, mampu menyalakan terang di tengah gelapnya keraguan. (hamba Allah).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *