Benjeng Al Star 19 Melaju Gemilang di Piala Wali Kota Surabaya U-50 2025: Strategi, Mental Baja, dan Dukungan dari Desa

Surabaya, Media Pojok Nasional –
Sebuah unggahan sederhana di status WhatsApp Kepala Desa Bulurejo, Imam Shofwan, menjadi pembuka kisah inspiratif tentang semangat, solidaritas, dan kejayaan sepak bola veteran asal Gresik.
Dalam unggahan yang kini ramai dibicarakan di kalangan pecinta sepak bola lokal itu, Imam Shofwan menulis, “Alhamdulillah… Benjeng Al Star 19 vs B. Sholawat Tulangan, Skor 3–1 🙏🔥
Lolos ke Round Selanjutnya di Piala Wali Kota Sby 2025. Semoga tetap di jalur positif, terus jaga semangat dan solidaritas 💪⚽ #BenjengAlStar19 #PialaWalikotaSurabaya #DariDesaUntukPrestasi”

Bagi sebagian orang, unggahan tersebut mungkin tampak sederhana. Namun bagi pemain Benjeng Al Star 19, itu adalah simbol kebanggaan, bukti bahwa perjuangan mereka bukan sekadar milik sebelas orang di lapangan, melainkan milik seluruh warga yang mendukung dari jauh.

Dari ruang digital menuju lapangan hijau Surabaya, semangat itu terwujud dalam performa gemilang.
Dengan determinasi tinggi dan mental baja, Benjeng Al Star 19 menaklukkan B. Sholawat Tulangan lewat skor meyakinkan 3–1, mengamankan tiket menuju babak selanjutnya di Piala Wali Kota Surabaya U-50 2025.

Tim asal Gresik ini tampil dengan formasi 4-3-3 modern, mengusung filosofi positional football yang menitikberatkan pada penguasaan ruang, kecerdasan posisi, dan ketepatan tempo permainan.
Dua gol cepat di babak kedua menjadi bukti kedewasaan taktik dan kematangan mental yang mengagumkan.

“Di usia ini, kami tak lagi bertanding untuk sekadar menang,” ujar salah satu pemain senior. “Kami bermain untuk menjaga kehormatan sepak bola daerah, agar nama Benjeng terus berkibar.” ungkap salah satu pemain.

Turnamen Piala Wali Kota Surabaya U-50 2025 menjadi ajang silaturahmi sekaligus panggung pembuktian bagi para legenda sepak bola lintas daerah.
Ajang ini turut mendapat dukungan dari berbagai tokoh penting, di antaranya Budi Laksono, S.H., Eri Cahyadi, S.T., M.T., serta Camat Jambangan, yang dikenal aktif mendukung kegiatan olahraga dan memperkuat semangat persaudaraan antarwilayah.

“Sepak bola veteran bukan tentang kecepatan, tapi tentang karakter dan konsistensi,” ujar Budi Laksono. “Mereka bermain bukan untuk trofi, melainkan untuk warisan semangat.” pungkasnya.

Namun, kisah ini sejatinya tidak hanya lahir di stadion megah. Ia berakar dari desa, dari masyarakat yang menanamkan cinta, dukungan, dan kebanggaan tanpa pamrih.
Unggahan Imam Shofwan menjadi simbol kepemimpinan baru: hadir bukan hanya di forum resmi, tetapi juga di ruang digital yang menghubungkan hati dan semangat warga.

Dalam satu story WhatsApp, ia membangun narasi kebersamaan yang tak bisa dibeli oleh sponsor mana pun. Ia menunjukkan bahwa dukungan dari desa mampu mengguncang semangat di panggung kota.

Dari Benjeng ke Surabaya, dari story sederhana ke sejarah lapangan, kisah ini membuktikan bahwa semangat desa mampu menggetarkan kota, dan bahwa sepak bola sejati hidup dari hati mereka yang mencintainya tanpa batas usia. (hambaAllah).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *