Lamongan, Media Pojok Nasional – Ada yang ajaib terjadi pagi ini, Jumat (21/3/2025), di Desa German, Kecamatan Sugio. Sebuah spanduk kritik terhadap program Jalan Mulus Lamongan (Jamula) yang semalam masih gagah berkibar, tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Bukan diterbangkan angin, bukan juga dicuri maling—karena yang ‘mengangkutnya’ bukan sembarang orang, melainkan Satpol PP!
Kejadiannya pun begitu presisi. Spanduk lenyap, beberapa jam sebelum Bupati Yes dijadwalkan berkunjung dalam rangka Safari Ramadan. Kebetulan? Atau ini memang seni menghilangkan kritik dalam waktu singkat?
Program Jamula awalnya menjanjikan jalan-jalan mulus tanpa cela. Namun, realitas berkata lain. Masih banyak jalan yang lebih mirip kubangan ketimbang infrastruktur modern. Aspal yang diharapkan, malah berubah jadi lubang-lubang kenangan.
Pemuda desa, dengan semangat aktivisme khasnya, memasang spanduk yang isinya bukan puja-puji, tapi evaluasi. Karena, bukankah pemimpin sejati harus siap dikritik?
Namun, entah kenapa kritik itu seperti terlalu bising untuk didengar. Solusinya? Dibungkam sebelum sempat dibaca!
Yang menarik, spanduk itu tak dicopot sejak kemarin atau lusa. Tidak pula setelah Safari Ramadan selesai. Melainkan tepat sebelum Bupati Yes menginjakkan kaki di desa. Seolah-olah, kritik ini adalah sesuatu yang tabu di depan pemimpin.
Padahal, kalau programnya sukses, kritik seperti ini seharusnya tak perlu ditakuti. Justru bisa jadi bahan introspeksi, bukan malah dieksekusi.
Sayangnya, hingga berita ini diterbitkan, Satpol PP bungkam, Pemkab tak bicara. Apakah ini SOP baru? Begitu ada kritik, langsung dilenyapkan?
Masyarakat tentu tak bodoh. Kritik boleh dicopot dari spanduk, tapi tidak bisa dicopot dari ingatan rakyat.
Jadi, pertanyaannya sekarang: Apakah Bupati Yes akan mendengar keluhan ini meskipun tanpa spanduk? Ataukah ini hanya awal dari ‘operasi senyap’ terhadap kritik di Lamongan?. (hamba Allah).