Mojokerto, Media Pojok Nasional
Lima pencuri kabel tembaga digulung TNI di tengah malam. Mereka bukan maling kelas teri. Mereka adalah penjarah aset negara yang menyamar jadi petugas proyek. Dengan wajah sok legal, rompi proyek, dan papan peringatan kerja—mereka keruk kekayaan negara di bawah cahaya lampu sorot dan gelapnya nurani.

Aksi ini terjadi di Desa Sajen, Kecamatan Pacet, Mojokerto, Jumat (13/6/2025) dini hari. Tapi ini bukan kejadian pertama. Galian dilakukan berminggu-minggu. Mereka bekerja seperti tikus got berseragam proyek, menggali malam hari, mengangkut kabel tembaga puluhan meter, dan menjualnya entah ke mana.

Yang lebih menjijikkan, salah satu pelakunya adalah oknum wartawan—makhluk licik yang seharusnya jadi mata rakyat, malah jadi pelindung para bandit.

“Mereka mengaku dari Telkom. Tapi di lapangan, semua bohong. Tidak ada izin. Tidak ada legalitas. Cuma bualan untuk mengelabui masyarakat,” tegas Kolonel Inf Batara Alex Bulo, Komandan Korem 082/CPYJ, dengan kemarahan yang tak bisa dibendung.
Yang mereka incar bukan kabel biasa. Yang digali dan dijarah adalah kabel tembaga primer milik PT Telkom Indonesia—jenis kabel bawah tanah berinti tembaga yang digunakan untuk jaringan backbone telekomunikasi dan penyaluran layanan telepon serta internet kabel. Kabel jenis ini bernilai tinggi, baik dari sisi fungsi strategis maupun harga materialnya.
Setiap meter kabel tembaga bisa mencapai ratusan ribu rupiah tergantung jenis dan ukuran.
Galian yang berlangsung berhari-hari bisa menghasilkan puluhan hingga ratusan meter kabel, artinya kerugian negara ditaksir miliaran rupiah.
Kabel ini adalah urat nadi komunikasi nasional. Dan mereka mencurinya seolah sedang membersihkan got.
Kelima pelaku yang kini jadi sampah hukum, yaitu, UH, wartawan palsu asal Tambakrejo, Surabaya, mulutnya bau tinta, kelakuannya bangkai.
JAP alias Jojo, warga Sawojajar, Malang
S, warga Simolawang, Surabaya
D, warga Ngoro, Mojokerto
H, warga Pungging, Mojokerto
UH bukan cuma pelaku. Ia adalah tameng busuk. Dengan kartu pers di tangan, ia memuluskan operasi, meninabobokan warga, dan membentengi aksi para kawannya dari kecurigaan.
Mereka mengangkut kabel hasil curian menggunakan Truk Mitsubishi S 8987 NE, Mobil Calya S 1997 JU, Dan puluhan meter kabel tembaga yang sudah ditumpuk di dalam bak.
“Ini bukan pencurian acak. Ini kejahatan terstruktur. Ini pembantaian terhadap aset negara,” lanjut Danrem.
Kabel aktif. Infrastruktur vital. Tanpa izin. Tanpa laporan. Mereka menggali seolah legal. Mereka mencuri seolah bekerja. Mereka menyamar sebagai penyelamat, padahal perusak.
Kasus ini telah dilimpahkan ke Polres Mojokerto. Tapi masyarakat harus tahu, Lima kepala sudah ditangkap, tapi tubuh besar sindikat ini belum roboh. Masih ada otak. Masih ada pelindung. Masih ada lubang hukum tempat mereka bersembunyi.
Peringatan Terakhir untuk Bangsat-Bangsat Berkedok Proyek!
Media ini masih melakukan penelusuran terhadap semua oknum yang terlibat, baik dari unsur perusahaan, aparat, hingga mereka yang memakai nama institusi besar untuk membungkus kejahatan.
Cukuplah rakyat jadi sapi perah. Cukuplah negara dijarah dari dalam.
Hari ini mereka mencuri kabel. Besok mereka bisa menghisap APBD. Lusa, mereka bisa duduk di kursi kekuasaan. Dan kalau media diam, maka busuk ini akan tumbuh jadi sistem.
Red.