Surabaya, Media Pojok Nasional —
Dunia pesantren kehilangan salah satu tiangnya. KH. Gus Arwani Shufy, ulama kharismatik sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Shufy Pondok Benowo Indah, wafat pada Rabu malam, 28 Mei 2025, pukul 21.30 WIB, di RS Darul Syifa Benowo. Beliau tutup usia dalam umur 48 tahun, usia yang muda untuk zaman, namun matang untuk perjuangan.

Kabar kepergiannya menyebar cepat dan tak terbendung, dibagikan dari satu jari ke jari lain, dari hati ke hati. Bukan sekadar berita, tetapi hantaman batin bagi mereka yang pernah disentuh oleh ilmu, kasih sayang, atau teladan beliau.

Selama hidupnya, KH. Gus Arwani Shufy dikenal bukan karena banyaknya kata, tapi karena dalamnya pengaruh. Ia memimpin pondok dengan keteduhan seorang ayah dan ketegasan seorang murabbi. Di tangannya, Pondok Pesantren Shufy Benowo Indah bukan hanya tempat belajar agama, tetapi ruang pembentukan karakter, pusat lahirnya generasi yang bukan hanya taat, tetapi juga berpikir.
Beliau adalah ulama yang hidup di tengah umat. Tidak tinggi di menara gading, tetapi hadir di pasar, di mushalla, di gang-gang sempit Benowo, berbicara dengan rakyat kecil sebagaimana ia berbicara dengan cendekia. Itulah sebabnya, saat beliau berpulang, yang menangis bukan hanya santri dan alumni, tetapi juga para tukang becak, pedagang sayur, dan para ibu yang anaknya pernah beliau doakan.
Pihak pesantren dan keluarga menyampaikan bahwa jenazah beliau akan dibawa terlebih dahulu ke Pondok Moro Pelang, Lamongan, kemudian dimakamkan di dekat makam orang tua beliau di Pondok Tegal Rejo. Suatu pengakhiran yang senyap namun penuh makna, di tanah para leluhur yang telah lebih dulu bersujud di hadapan Tuhan.
Kepergian KH. Gus Arwani Shufy adalah kehilangan nyata bagi dunia keilmuan dan kebajikan. Tetapi sebagaimana matahari yang tenggelam hanya untuk menyinari belahan dunia lain, cahaya beliau tak pernah benar-benar padam. Ia hidup dalam kitab-kitab yang diajarkan, dalam akhlak para muridnya, dan dalam jejak-jejak kebaikan yang tak kasat mata tapi kekal.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Semoga Allah menerima seluruh amalnya, menempatkan beliau bersama para kekasih-Nya, dan menjadikan kepergiannya sebagai pelajaran tentang makna hidup yang sesungguhnya, mengabdi, memberi, dan pulang dalam ridha Ilahi. (MS)