Keterbatasan Tak Mematahkan Semangat, Moh Fikri Alamin Buktikan Nilai Luhur PSHT di Kebomas

Gresik, Media Pojok Nasional –
Semangat tak pernah mengenal batas. Kalimat itu tampak hidup dalam sosok Moh Fikri Alamin, warga Ranting Kebomas, Rayon Sunan Giri, yang kini menjadi perhatian di lingkungan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).

Pria berusia 34 tahun ini adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dan meski memiliki keterbatasan fisik, tekadnya dalam menempuh jalan persaudaraan tak pernah surut. Ia memilih bergabung dengan PSHT bukan sekadar untuk belajar bela diri, tetapi untuk mencari saudara dan membentuk pribadi berbudi luhur, sesuai ajaran luhur organisasi tersebut.

Bagi Fikri, PSHT bukan hanya wadah untuk mengasah kemampuan silat, tetapi juga tempat menempa karakter dan membangun moralitas. Didirikan sejak 1922 oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo, PSHT berkomitmen melahirkan manusia yang berbudi luhur, tahu benar dan salah, serta menjaga persaudaraan tanpa memandang latar belakang. Nilai-nilai itulah yang terus ia pegang teguh di setiap langkah latihannya.

“Bagi saya, PSHT bukan hanya soal silat, tapi soal hati. Di sini saya menemukan makna persaudaraan yang sesungguhnya,” ujar Fikri dengan suara mantap di sela latihan.

Keteguhannya menjadi inspirasi bagi rekan-rekan satu latihan. Fikri selalu hadir dengan semangat penuh, menjalani setiap gerak dan tahapan meski tubuhnya memiliki keterbatasan. Ia tidak ingin dikasihani, justru ingin membuktikan bahwa tekad kuat bisa menembus segala halangan.

Pelatih dan sesepuh Rayon Sunan Giri pun mengakui bahwa sosok Fikri adalah contoh nyata dari nilai-nilai PSHT: keteguhan hati, ketulusan, dan semangat pantang menyerah.

Dengan langkah pelan namun pasti, Moh Fikri Alamin menegaskan satu hal sederhana kepada dunia: Keterbatasan bukan alasan untuk berhenti berjuang, melainkan alasan untuk terus membuktikan bahwa hati lebih kuat dari tubuh.

Red. Wj.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *