Jombang, Media Pojok Nasional-
Kepala Desa Jombok, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Nugroho Adi Wiyono, bukan sekadar pejabat administratif. Di balik penampilannya yang sederhana dan kecintaannya pada Vespa klasik, ia menyimpan satu kebiasaan spiritual yang konsisten: istiqomah dalam shalat tahajud.
“Kalau kamu ngerasa hidup lagi susah, hati nggak tenang, atau ada sesuatu yang kamu pengenin banget… coba deh shalat tahajud. Nanti kamu bakal ngerasain keajaiban-keajaiban terjadi di hidup kamu,” ujarnya dengan tenang.
Tahajud baginya bukan rutinitas sunah biasa. Itu adalah ruang pribadi untuk berdialog dengan Tuhan, merenung, dan menguatkan diri dalam kesunyian malam. Di saat kebanyakan orang terlelap, ia justru bersujud.
Pesan ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
“Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir. Lalu Dia berfirman: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, akan Aku beri. Dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, akan Aku ampuni.'” — (HR. Bukhari dan Muslim)
Inilah yang diyakini menjadi kekuatan tak terlihat dari orang-orang yang istiqomah tahajud. Mereka bukan sekadar bangun malam, tapi terhubung langsung dengan Penguasa langit dan bumi. Doanya menembus batas, keputusannya sering datang dari kejernihan spiritual yang jarang dimiliki.
Dalam keseharian, Nugroho lebih sering terlihat menunggangi Vespa klasiknya. Ia juga kerap melakukan touring tipis-tipis bersama komunitas Vespanya—kegiatan yang bagi sebagian orang adalah hiburan sederhana, bagi dia adalah waktu menyambung silaturahmi dan menikmati kesederhanaan hidup.
Vespa, bagi Nugroho, melambangkan konsistensi: lambat tapi sampai; tenang tapi kuat. Sebuah filosofi yang ia pegang dalam memimpin desa.
Pemimpin yang cinta kepada Tuhannya dan disiplin dalam ibadah tak mudah goyah. Mindset-nya dibentuk bukan hanya oleh pengalaman birokrasi, tapi juga oleh disiplin spiritual yang rutin. Ia tak perlu bising. Karena yang tenang, justru seringkali paling dalam. (hamba Allah).