Gresik, Media Pojok Nasional –
Dunia birokrasi mendadak seperti festival musik. Penyebabnya? Bukan anggaran bocor. Bukan juga proyek fiktif. Tapi satu sosok fenomenal: Purwanto, Kepala Desa Bengkelolor, Kecamatan Benjeng, Gresik—yang tampaknya lahir bukan untuk memimpin, tapi untuk mengguncang panggung… dan Tk Tk.

Tubuhnya mungil, pendek, tapi semangat jogetnya bisa menyaingi stamina penari latar konser K-pop.
Kalau kamu pikir tugas kepala desa adalah menandatangani surat pengantar, berpikir ulanglah.
Purwanto membuktikan bahwa “pemerintahan” bisa dijalankan dengan beat remix dan lighting seadanya.
Lupakan gaya kepemimpinan tegas, elegan, dan berwibawa.
Purwanto tampil dengan gaya “Shake It Till You Make It.”
Di proyek jalan? Goyang.
Di kantor? Goyang.
Jam kerja? Tetap… goyang.
Entah ini pelayanan publik, atau pre-production video klip.
Aksi itu pun langsung viral di kalangan wartawan.
Dari wartawan harian sampai konten kreator TkTk desa, semua ikut heboh.
“Ini kepala desa atau finalis Dangdut Academy?” celetuk seorang jurnalis sambil setengah tawa, setengah menyerah.
Yang paling bikin geger, dalam salah satu video, Purwanto bahkan terlihat joget ala tarian Yahudi sambil memegang uang.
Iya, kamu tidak salah baca: joget lompat-lompat, dengan tangan kanan menggenggam lembaran rupiah, seperti sedang merayakan pencairan dana dengan irama klezmer imajiner.
Visual yang muncul bukan seperti pemimpin desa, tapi kayak karakter utama film musikal absurd yang kehilangan skrip.
Namun di balik tawa yang membahana, terselip ironi yang menusuk.
Adab pemimpin bukan soal gerakan tubuh, tapi sikap batin.
Bukan seberapa lentur ia bergoyang, tapi seberapa tegas ia berdiri untuk rakyat.
Ketika panggung lebih utama dari pelayanan, maka jabatan berubah fungsi jadi panggung sandiwara.
Saat pemimpin lebih sibuk goyang daripada bekerja, maka yang ikut goyah adalah kepercayaan publik.
Pemimpin memang boleh menghibur, tapi jangan sampai rakyat jadi hiburan.
Karena tugasnya bukan viral, tapi bertanggung jawab.
Beberapa Aktivis pun akhirnya turun tangan (meski sempat ngakak).
“Pemimpin publik bukan badut digital,” ujar seorang aktivis yang baru saja menutup aplikasi TkTk.
“Joget boleh, asal tahu waktu. Kalau tiap hari goyang terus, kapan mikir untuk desa?”
Kini, nama Purwanto resmi menjulang tinggi di jagat maya.
Bukan karena prestasi, tapi karena durasi video goyangnya konsisten—dan menghibur, sayangnya dalam konteks yang salah.
Ia bukan lagi Kepala Desa. Ia adalah Raja Kades Goyang Nasional.
Tinggal tunggu saja, siapa tahu muncul di talkshow atau rilis lagu berjudul “Cair dan Bergoyang.”
Tapi satu pertanyaan masih berdiri tegak—walau pemimpinnya jingkrak-jingkrak:
Apakah bangsa ini butuh pemimpin yang goyang, atau pemimpin yang tegak lurus kerja?
Waktu akan menjawab.
Dan selama itu…
Goyang dulu, Pur.
(hamba Allah).