Surabaya, Media Pojok Nasional –
Fenomena drama Korea (Drakor) makin mendominasi kalangan ibu-ibu rumah tangga. Tayangan asal Negeri Ginseng ini menjadi primadona hiburan yang dikonsumsi tanpa henti, menyapu lintas usia dan sosial, terutama kaum perempuan dewasa.
Reissa, (36) warga Surakarta, mengaku sudah lima tahun terakhir menjadi penikmat fanatik Drakor. “Sudah ribuan judul saya tonton. Satu judul bisa habis 12 jam, bahkan lebih,” katanya. Dalam tempo itu, jika dikalkulasi kasar, Reissa telah menghabiskan puluhan ribu jam di depan layar demi mengikuti serial demi serial.
Alasan utama mereka bertahan? Cerita yang dinilai tidak membosankan, alur tak terduga, dan kedalaman emosi yang disuguhkan setiap episode. “Kadang bikin nangis, kadang greget sendiri. Tapi ceritanya kuat dan berisi,” tambahnya.
Mayoritas penggemar justru menyebut menonton Drakor adalah bentuk pelarian yang sehat. Daripada terlibat hal-hal negatif seperti gosip, pertengkaran, atau aktivitas tak produktif, mereka lebih memilih larut dalam cerita fiksi Korea.
Fenomena ini bukan sekadar hiburan, tapi mencerminkan pergeseran besar dalam pola konsumsi waktu dan emosi. Drakor telah menjelma menjadi candu budaya baru yang memengaruhi ritme hidup, kebiasaan, bahkan percakapan sehari-hari dalam rumah tangga. (hamba Allah).