Surabaya, Media Pojok Nasional — Sudah lebih dari dua tahun lamanya kawasan Busem, yang dulunya merupakan kolam pancing di area Sentra Wisata Kuliner (SWK) Babat Jerawat dan Taman Pakal Kelurahan Babat Jerawat Kecamatan Pakal Surabaya, dibiarkan terbengkalai tanpa kejelasan. Padahal, tempat tersebut pernah dijanjikan oleh Camat Pakal Surabaya untuk dikembangkan menjadi wisata air yang diharapkan mampu menghidupkan kembali sektor ekonomi warga sekitar.
Namun hingga berita ini diturunkan lagi, Selasa (14/10/2025), belum tampak tanda-tanda realisasi dari rencana tersebut. Lokasi yang dulunya ramai dikunjungi warga untuk memancing kini berubah menjadi area tak terawat. Kolam yang dulunya berisi air jernih kini dipenuhi tanaman enceng gondok dan semak liar. Tak hanya itu, warga sekitar juga mengeluhkan munculnya hewan-hewan berbahaya seperti ular, nyambik (biawak), dan serangga yang dikhawatirkan mengganggu keselamatan masyarakat.
Menurut sejumlah warga Babat Jerawat, mereka menyayangkan kondisi ini. “Kalau dulu ramai, banyak orang datang mancing. Pedagang di SWK juga ikut laris. Sekarang sepi, tidak terurus,” ujar salah satu warga yang enggan disebut namanya.
Rencana menjadikan Busem sebagai wisata air dinilai sangat potensial. Selain bisa menjadi destinasi rekreasi keluarga, keberadaannya juga diyakini mampu mengangkat perekonomian para pedagang kecil di sekitar SWK Babat Jerawat dan Taman Pakal. “Kalau wisata air benar-benar diwujudkan, pasti banyak yang datang. Kami para pedagang ikut terbantu,” tambah warga lainnya.
Hingga kini masyarakat masih menanti realisasi janji pemerintah kecamatan untuk menghidupkan kembali kawasan tersebut. Mereka berharap ada langkah konkret dari pihak terkait, baik dalam hal penataan lingkungan, pembersihan kolam, maupun pengelolaan berkelanjutan agar Busem Babat Jerawat bisa kembali menjadi ruang publik yang produktif dan aman bagi warga.
Kondisi terbengkalainya Busem ini menjadi cermin pentingnya perhatian serius dari pemerintah terhadap pengelolaan fasilitas publik, agar potensi ekonomi dan sosial yang ada tidak terus terabaikan.(Red)