Benjeng Banjir Lagi : Drainase Gagal, Tata Ruang Gagal, Warga Menanggung Risiko

Gresik, Media Pojok Nasional –
Hujan dengan intensitas sedang selama beberapa jam pada Senin malam (9/6) kembali memicu banjir di Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik. Ketinggian air mencapai 40 sentimeter di sejumlah titik, dengan kawasan Perumahan BPH atau Batara,  di Desa Sirnoboyo menjadi salah satu wilayah terdampak paling parah.

Banjir kali ini memperparah daftar panjang genangan yang terus terjadi saban musim hujan. Genangan melumpuhkan akses utama, memaksa kendaraan berhenti, dan menyebabkan puluhan rumah kemasukan air. Tidak ada korban jiwa, namun warga kembali mengalami kerugian material dan terganggunya aktivitas harian.

Secara keilmuan, banjir yang berulang di kawasan Benjeng bukan sekadar akibat cuaca ekstrem. Diduga penyebab utamanya adalah kombinasi antara kegagalan sistem drainase mikro, minimnya ruang terbuka hijau sebagai area resapan, dan pola tata ruang yang tidak adaptif terhadap kondisi eksisting dataran rendah.

Perumahan Batara, misalnya, dibangun di wilayah cekungan alami yang secara topografi merupakan titik tumpuan aliran permukaan dari daerah sekitarnya. Namun, dalam perencanaan dan pelaksanaannya, tidak disiapkan sistem retensi air (seperti sumur resapan atau kolam penampungan) yang memadai. Saluran drainase sekunder pun dirancang secara linier tanpa sistem bypass atau overflow chamber untuk mencegah beban berlebih saat hujan deras.

Selain itu, alih fungsi lahan persawahan di hulu menjadi kawasan permukiman mempercepat limpasan air tanpa sempat terserap tanah. Proyek normalisasi Kali Lamong yang semestinya menjadi penopang utama pengendalian banjir juga belum menyentuh kawasan hilir secara menyeluruh, terutama di sektor Benjeng dan Balongpanggang.

Menurut prinsip dasar tata ruang berbasis mitigasi bencana, pembangunan di kawasan rendah seharusnya disertai dengan audit hidrologi dan masterplan drainase makro. Namun hal ini sering kali dikesampingkan dalam proses perizinan dan pengembangan kawasan, terutama oleh pengembang perumahan skala menengah.

Kondisi ini diperparah dengan kurangnya sinergi antara pemerintah desa, kabupaten, dan pengembang dalam memastikan keberfungsian sistem drainase terpadu. Banyak drainase yang tidak tersambung ke saluran kolektor utama, melainkan berakhir di titik buntu, menyebabkan air menggenang lebih lama dari seharusnya.

Hingga berita ini diturunkan, BPBD Gresik belum mengeluarkan status darurat, namun memperingatkan potensi banjir susulan apabila curah hujan tidak mereda dalam tiga hari ke depan. BMKG juga memprediksi hujan masih akan turun di kawasan Gresik Selatan selama pekan ini.

Masalah ini menunjukkan bahwa tanpa perubahan mendasar dalam perencanaan tata kota dan sistem pengendalian banjir, warga Benjeng terutama di kawasan seperti Sirnoboyo akan terus menjadi korban pola pembangunan yang tidak berbasis mitigasi risiko.

Red.wj

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *