Gresik, Media Pojok Nasional –
Sudah empat hari lebih dari 1.300 warga Perumahan Batara terbagi Blok K dan L , Desa Sirnoboyo, Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik, terjebak dalam genangan banjir yang tak kunjung surut. Air masih merendam rumah-rumah mereka, akses jalan lumpuh, dan aktivitas warga nyaris terhenti total. Namun, hingga kini, tak ada solusi konkret dari Pemerintah Kabupaten Gresik maupun DPRD.

Banjir ini bukan peristiwa baru. Setiap tahun, saat hujan turun deras, Perumahan Batara berubah menjadi lautan air. Namun, bertahun-tahun ganti bupati dan anggota dewan, tak satu pun yang mampu memberikan solusi permanen. Warga pun mulai kehilangan kesabaran.

Di tengah kondisi sulit, warga hanya bisa mengandalkan bantuan seadanya dari relawan. Tidak ada jalur evakuasi yang memadai, sementara pasokan makanan mulai menipis.

“Janji-janji sudah terlalu banyak. Setiap kali banjir, pejabat datang, foto-foto, lalu pergi. Tahun depan banjir datang lagi, dan ceritanya tetap sama. Ini bukan bencana alam, ini bencana kelalaian pemerintah!” tegas Suyono, salah satu warga yang terdampak banjir.

Ia mengaku frustrasi karena sudah bertahun-tahun hidup dalam ancaman banjir tanpa ada tindakan yang serius dari pemerintah daerah “Apa harus tunggu korban jiwa dulu baru ada tindakan?” ujarnya geram.

Sejumlah warga lainnya juga mempertanyakan bagaimana pemerintah daerah bisa membiarkan masalah ini terus terjadi. Drainase buruk, sungai yang dangkal, dan buruknya tata kota menjadi penyebab utama banjir yang berulang. Namun, perbaikan yang dijanjikan setiap tahun tak pernah terealisasi.
Kritik tajam pun mengarah kepada Pemkab Gresik dan DPRD. Warga menilai mereka tidak pernah benar-benar serius menangani persoalan ini.
“Setiap pemilu, mereka datang dengan janji besar. Tapi setelah duduk di kursi empuk, mereka lupa pada kami,” ujar bapak waras warga lainnya yang harus mengungsi karena rumahnya terendam.
Bupati Gresik, anggota DPRD, hingga instansi terkait seharusnya tidak hanya bicara soal bantuan saat banjir terjadi. Warga menuntut solusi jangka panjang agar bencana ini tidak terus berulang.
Banjir di Perumahan Batara bukanlah bencana yang datang tiba-tiba. Pemerintah seharusnya sudah memiliki langkah mitigasi yang jelas. Beberapa solusi yang bisa diterapkan antara lain,
Normalisasi Sungai dan Drainase
Sungai-sungai di sekitar Benjeng perlu dinormalisasi dan diperdalam agar mampu menampung debit air yang besar. Sistem drainase juga harus diperbaiki agar aliran air tidak tersumbat dan meluap ke pemukiman warga.
Pembangunan Kolam Retensi dan Sumur Resapan,
Kolam retensi dapat membantu menampung air hujan sementara, sebelum dialirkan ke sungai. Sumur resapan juga perlu diperbanyak untuk mempercepat peresapan air ke dalam tanah.
Pemasangan Pompa Air dan Pembangunan Tanggul, Wilayah rawan banjir seperti Benjeng memerlukan pompa air yang bisa beroperasi segera saat banjir mulai menggenangi kawasan. Pembangunan tanggul yang kokoh juga harus menjadi prioritas.
Evaluasi Tata Ruang dan Penghentian Alih Fungsi Lahan, Pemerintah harus serius dalam menata kawasan yang sering terkena banjir. Jika terus ada alih fungsi lahan dari area resapan menjadi pemukiman atau industri tanpa perhitungan yang matang, banjir akan terus terjadi.
Tanggap Darurat yang Cepat dan Efektif
Pemerintah harus memiliki sistem tanggap darurat yang jelas. Jangan sampai warga dibiarkan terisolasi selama berhari-hari tanpa bantuan yang cukup.
Banjir yang terus berulang ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi Pemkab Gresik dan para wakil rakyat di DPRD. Jika solusi tak kunjung diterapkan, maka bukan tidak mungkin Perumahan Batara dan wilayah lain di Gresik akan terus menjadi langganan banjir setiap tahun.
Pertanyaannya kini: apakah pemerintah masih akan membiarkan ribuan warganya terisolasi setiap musim hujan? Atau akan terus sibuk dengan pencitraan tanpa solusi nyata?
Warga tak butuh janji. Mereka butuh tindakan!
Red.