Susah Itu Zakatnya Akal, Akal Tanpa Derita Tak Akan Pernah Bersih

Indonesia, Media Pojok Nasional –
Dunia hari ini mengejar mudah, memuja instan, dan mencaci susah. Padahal susah itu zakatnya akal, dan tanpa zakat, akal akan membusuk dalam kenyamanan.

Ini bukan kalimat puitis. Ini hukum semesta.
Akal manusia tidak akan pernah benar-benar bersih bila tak dihantam oleh rasa pahit, kecewa, bingung, sesak, dan air mata. Justru kesusahan adalah proses paling jujur untuk menyucikan cara berpikir.

Saat hidup memukul tanpa ampun, saat segala harapan hancur berkeping, di situlah manusia sebenarnya dilahirkan kembali. Yang tersisa hanyalah akal dan kejujuran batin. Di titik nol itu, suara Tuhan lebih jelas terdengar. Dan akal mulai jernih menyadari: “Beginilah seharusnya aku belajar berpikir, tanpa topeng, tanpa sombong, tanpa pamrih.”

“Susah itu bukan kutukan. Tapi karunia yang menyamar dalam bentuk luka.”

Lihatlah para nabi, para wali, para pemikir besar. Tak satu pun dari mereka lahir dari kemewahan. Semua ditempa oleh rasa sakit. Diuji hingga tercerai. Ditertawakan, disingkirkan, dilukai. Tapi justru dari situ, akal mereka menjadi cahaya yang menerangi zaman.

Lalu mengapa hari ini manusia justru menolak susah? Mengapa generasi yang haus validasi begitu takut pada rasa gagal?
Karena mereka tak paham: susah bukan musuh. Susah adalah zakat.

Tanpa susah, akal jadi kotor, maka bila hari ini kau merasa tersesat, gagal, kalah, hancur, jangan buru-buru mengeluh. Duduklah. Rasakan. Renungkan.

Mungkin itu bukan akhir. Tapi awal dari pembersihan, awal dari jalan kembali menuju kejernihan berpikir dan ketajaman hati.

Karena pada akhirnya, bukan kepintaran yang menyelamatkan manusia, tapi akal yang telah disucikan oleh rasa susah.

Inilah mahakarya jurnalistik dari Mijan, Bukan sekadar tulisan, tapi dentuman kebenaran yang mengguncang kesadaran manusia sejagat. (hamba Allah).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *