Surabaya, Media Pojok Nasional –
Yang kerja keras belum tentu paling banyak rezekinya. Di balik peluh dan lelah, kadang justru ada kekosongan hasil. Rezeki tidak tunduk pada rumus kerja keras semata, tapi pada kedalaman ketenangan jiwa. Seseorang yang tenang, damai, dan lapang justru sering kali dikejar rezeki dari arah yang tak disangka.
Makin santai cara seseorang bekerja, makin besar peluang rezeki mendatanginya. Ini bukan soal malas, tapi tentang bekerja dengan kesadaran penuh. Tanpa tekanan, tanpa kecemasan, tanpa kejar-kejaran dengan waktu. Justru dalam kelapangan batin itulah semesta seperti membuka pintu-pintunya.
Rezeki itu seperti oksigen. Tidak terlihat, tapi terus ada. Tersedia setiap saat, sepanjang waktu, di sekitar kita. Namun banyak yang hidup seperti kehabisan udara, padahal sumbernya tak pernah berhenti mengalir. Yang membedakan hanyalah satu: kesiapan menerima.
Di titik inilah mindset memainkan peran utama. Pola pikir dan luka lama soal uang bisa menciptakan blokade batin. Inilah yang disebut money block—penghalang tak kasat mata yang menyebabkan rezeki bocor sebelum sempat sampai.
Rezeki bekerja seperti frekuensi. Ibarat siaran radio, kita tak akan menangkap apapun jika tak menyetel kanal yang tepat. Tubuh dan pikiran manusia pun begitu. Saat getaran emosi sinkron dengan frekuensi kelimpahan, rezeki datang tanpa perlu dicari.
Namun selama emosi negatif masih menguasai—marah, takut, kecewa, rendah diri—rezeki akan memilih menjauh. Ia menolak datang pada ruang yang penuh sesak. Tapi begitu hati dibersihkan, luka disembuhkan, dan jiwa menjadi tenang, rezeki datang bahkan saat kita diam.
Di akhir, semua berpulang pada perasaan. Positive feeling bukan sekadar sugesti. Ia adalah magnet yang kekuatannya disebut mencapai 5000 kali lebih besar dari sekadar positive thinking. Ia bukan pikiran, tapi getaran. Dan getaran tak bisa dibohongi.
Inilah tujuh keanehan rezeki. Tak tunduk pada logika, tak bisa dikalkulasi oleh rumus ekonomi. Ia hadir di persimpangan antara keyakinan, ketenangan, dan kesiapan menerima. Sebuah sistem yang hanya bisa dibaca oleh mereka yang menyelaraskan pikir, rasa, dan jiwa. (hamba Allah).