Surabaya, Media Pojok Nasional –
Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah, menghadiri dan memaparkan strategi pembangunan daerah dalam ajang Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) Tahap II di Kantor Bappeda Provinsi Jawa Timur. Rabu (5/3/2025) Dalam forum ini, ia menyoroti enam isu strategis daerah, salah satunya kemiskinan, yang menjadi perhatian utama dalam perencanaan pembangunan Bojonegoro.
Menjawab tantangan tersebut, Pemkab Bojonegoro di bawah kepemimpinan Bupati Setyo wahono telah menyusun quick wins 100 hari kerja, sebuah kebijakan yang berorientasi pada solusi konkret bagi masyarakat. Program ini mencakup berbagai sektor, mulai dari pendidikan, ekonomi, kesehatan, hingga optimalisasi sumber daya alam sebagai motor penggerak pembangunan.
Dalam paparannya, Nurul Azizah menegaskan pentingnya akses pendidikan bagi seluruh warga Bojonegoro. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah program beasiswa bagi penduduk Bojonegoro, yang tidak hanya menyasar siswa umum, tetapi juga akan diperluas untuk santri dan pesantren.
“Investasi terbesar dalam pembangunan adalah memastikan setiap warga memiliki akses pendidikan yang berkualitas. Ini bukan hanya tentang pemerataan, tetapi juga membangun fondasi bagi SDM yang unggul dan berdaya saing,” ujar Nurul Azizah.
Selain pendidikan, penguatan ekonomi masyarakat juga menjadi fokus utama. Pemkab Bojonegoro menggagas program bantuan kolam lele dan ayam petelur sebagai upaya menciptakan sumber pendapatan berkelanjutan bagi keluarga miskin. Program ini tidak hanya memberikan modal awal, tetapi juga dilengkapi dengan pendampingan untuk memastikan keberlanjutannya.
Di sektor perlindungan sosial, Bojonegoro menargetkan Universal Health Coverage (UHC) 100%, memastikan seluruh masyarakat mendapatkan layanan kesehatan yang layak. Selain itu, program BPJS Ketenagakerjaan untuk pekerja rentan juga menjadi prioritas, memberikan perlindungan bagi tenaga kerja informal yang selama ini belum tersentuh jaminan sosial.
Bojonegoro juga menyiapkan strategi jangka panjang dengan memanfaatkan potensi alam secara optimal. Salah satunya melalui Argo Silve Fasture, sebuah inisiatif untuk mengelola dan memanfaatkan hutan-hutan di Bojonegoro agar lebih produktif, baik dari segi ekonomi maupun ekologi.
Selain itu, Pemkab tengah merancang pembangunan pabrik bioetanol, sebuah langkah strategis dalam industrialisasi hijau. Kehadiran pabrik ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada energi fosil sekaligus membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal.
Dengan berbagai kebijakan inovatif ini, Bojonegoro semakin mantap menuju visi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. “Bismillah, menuju Bojonegoro yang makmur dan membanggakan,” tutup Nurul Azizah. (hamba Allah).