Gresik, Media Pojok Nasional –
Duka menyelimuti keluarga besar Kementerian Agama (Kemenag) dan masyarakat Kabupaten Gresik. Kepala Kantor Kemenag Gresik, Pardi, berpulang ke rahmatullah pada Sabtu malam, 5 Juli 2025, pukul 19.30 WIB, setelah sebelumnya menggelar kegiatan santunan untuk anak yatim dan penyandang disabilitas. Kabar wafatnya almarhum dikonfirmasi melalui akun resmi @kemenaggresik, dan langsung memicu gelombang ucapan duka dari berbagai kalangan.
Di akhir hayatnya, almarhum masih aktif menggulirkan program sosial. Pada awal bulan Muharram 1447 Hijriah, Pardi menggandeng madrasah swasta, Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan Baznas Gresik, untuk menyalurkan 1.000 paket santunan. Ia tak sekadar memimpin, tetapi hadir langsung, menyentuh, dan menyalurkan kasih sayang kepada mereka yang kerap terabaikan.
Pardi bukan sekadar birokrat. Ia adalah simbol kepemimpinan yang sejuk, bersahaja, dan mengayomi. Mantan Kepala Kemenag Kota Surabaya itu dikenal luas dengan gaya komunikatif dan pendekatan humanisnya. Komitmennya terhadap pelayanan publik yang bersih, profesional, dan bermartabat tak terbantahkan.
Salah satu warisan nilai yang paling dikenang adalah gagasan “PUDAK SEMBILANG”, yang ia tanamkan di tubuh Kemenag Gresik. Sebuah akronim penuh filosofi:
Pelayanan terbaik, Usaha yang komunikatif dan kolaboratif, Dinamis, Anti korupsi, dan Selalu kompak.
Sementara SEMBILANG ia artikan sebagai “Semangat Berkinerja dengan Gemilang”, pondasi moral dan etika kerja yang menciptakan zona integritas nyata di Kemenag Gresik.
“Semangat Pudak Sembilang mengajarkan bahwa melayani adalah kehormatan, berinovasi adalah keharusan, dan menjaga integritas adalah harga mati.” Almarhum Pardi, dalam sebuah kesempatan.
Kini, suara itu telah terhenti. Namun maknanya menjelma wasiat moral yang akan terus hidup di hati pegawai Kemenag dan masyarakat Gresik. Ia telah menulis nilai dalam sistem, menanam integritas dalam budaya kerja, dan membungkus kebijakan dengan cinta.
Kehilangan ini bukan hanya soal jabatan yang kosong. Gresik kehilangan sosok yang pernah menjadi cahaya dalam pelayanan, pemimpin yang tak hanya hadir di balik meja, tapi juga di tengah masyarakat yang membutuhkan uluran tangan.
Ribuan doa mengalir, tangis mengiringi, dan kenangan abadi tercipta. Pardi telah berpulang, namun jejaknya abadi. Gresik tak akan lupa: ada seorang pemimpin yang wafat dalam tugas mulia, membagikan kasih—dan kembali dalam tenang.
Semoga husnul khatimah. Selamat jalan, pembawa cahaya. (hamba Allah).