Fadal Mengikuti Al Khidmah: Ketika Pemimpin Tunduk pada Dzikir Sang Mursyid

Gresik, Media Pojok Nasional –
Siang itu, di bawah terik matahari Bawean yang menyengat, ratusan jamaah memadati lokasi dzikir Al Khidmah yang digelar di wilayah Kecamatan Tambak. Minggu (18/5) dimulai pukul 07.00, Acara ini bukan hanya momentum berkumpul, tetapi juga penanda bahwa warisan spiritual KH. Ahmad Asrori Al Ishaqi masih bernapas panjang di tengah masyarakat. Suara lantunan dzikir menggema, menembus batas-batas sosial, dan membungkam kebisingan duniawi.

Dalam kerumunan yang larut dalam irama wirid, tampak sosok Fadal — Kepala Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura — duduk bersila tanpa protokol, tanpa jarak. Ia hadir tidak sebagai pejabat, tetapi sebagai bagian dari umat yang mendekat. Di siang yang terik, matanya tertuju pada dzikir, mulutnya ikut melafal ya robbi sholli ‘ala Muhammad. Sebuah pemandangan yang menunjukkan celah sunyi di relung jiwanya — bahwa di balik perangkat desa, masih ada ruang spiritual yang menyala.

Majelis Al Khidmah ini menjadi cermin kejernihan ajaran KH. Ahmad Asrori Al Ishaqi — mursyid tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah — yang mengajarkan bahwa dzikir bukan sekadar ritual, tapi jalan pulang menuju makna hidup yang hakiki. Semangat beliau masih terasa kuat dalam irama dzikir, dalam adab jamaah, dalam cara duduk yang tenang dan khusyuk.

Kehadiran Fadal, meski tidak ditonjolkan, menangkap satu hal penting: bahwa ruang-ruang dzikir tidak pernah tertutup bagi siapa pun — bahkan bagi mereka yang terbiasa berada di meja birokrasi. Dzikir menjadi ruang kesetaraan, di mana jabatan tak lagi penting, dan setiap manusia kembali menjadi hamba.

Majelis ini menegaskan bahwa spiritualitas di Bawean bukan cerita masa lalu. Ia hidup, tumbuh, dan menggetarkan — bahkan di siang hari yang panas. Dan mungkin, dalam diamnya, Fadal menemukan sesuatu yang tak bisa dituliskan — sebuah kesunyian yang justru menyuarakan. (hamba Allah).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *