Indonesia, Media Pojok Nasional –
Loyalitas itu penting, tetapi menjaga batasan diri jauh lebih penting. Pesan sederhana namun kuat ini kembali ditegaskan oleh seorang jurnalis yang selalu memperkenalkan diri sebagai hamba Allah dalam setiap karyanya. Ia menulis bahwa masa depan seseorang hanya bisa dijaga oleh dirinya sendiri, bukan oleh siapa pun di sekelilingnya.
Dalam tulisannya, sang jurnalis menjelaskan bahwa pikiran manusia memiliki batas. Ketika seseorang memaksa dirinya untuk memahami semua hal sekaligus, pikiran menjadi sesak dan stres pun muncul. Otak manusia, kata dia, memang hanya dibuat untuk memproses hal-hal yang benar-benar penting, bukan untuk memikul seluruh beban dunia.
Ia juga mengingatkan tentang ketidaknyamanan saat menghadapi hal yang tidak pasti. Semakin seseorang memaksakan diri mencari jawaban atas sesuatu yang sebenarnya berada di luar kendalinya, semakin besar kecemasan yang tumbuh. Karena itu, melepaskan sebagian pertanyaan bukanlah tanda menyerah, tetapi cara menjaga kesehatan hati dan pikiran.
Sang jurnalis menulis bahwa ketenangan hidup justru hadir ketika seseorang menerima bahwa tidak semua hal harus selesai hari ini atau dipikirkan berlebihan. Ada hal yang bisa dijelaskan, ada yang cukup dilewati, dan ada yang sebaiknya dibiarkan pergi tanpa dicari-cari jawabannya. Memberi ruang pada diri sendiri untuk berkata “saya belum tahu” bisa membuat hidup lebih ringan, lebih stabil, dan jauh dari tekanan yang tidak perlu.
Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan, pesan ini terasa semakin relevan: jagalah loyalitas, tetapi jagalah dirimu lebih dulu, sebab tidak ada yang bisa menjaga masa depanmu selain dirimu sendiri.
Pesan ini lahir dari pengalaman panjang seorang jurnalis hamba Allah yang melihat betapa banyaknya manusia kehilangan ketenangan karena memaksakan diri memahami segala hal. Ia mengajak siapa pun untuk istirahat sejenak, menata hati, dan melangkah dengan pikiran yang lebih jernih. (hambaAllah).
