SMA Negeri 1 Gondang: Sekolah Futuristik Anti-Wartawan, Tombol Blokir Jadi Kurikulum Wajib

Bojonegoro, Media Pojok Nasional –
Dunia pendidikan Indonesia tercengang. Kepala SMA Negeri 1 Gondang, Abdul Jalil, rupanya bukan sekadar pendidik, tapi juara dunia dalam seni memblokir wartawan. Sapaan paling sopan sekalipun, “Assalamu’alaikum” langsung berubah menjadi sinyal blokir instan, seolah tombol itu adalah Kurikulum wajib.

Fenomena ini ibarat membuka buku satir terbesar: sekolah sebagai zona perang digital anti-media, di mana setiap jurnalis yang mencoba bertanya akan lenyap dari daftar kontak tanpa bekas. Murid-murid pun pasti berpikir: “Oh, pendidikan itu berarti menekan tombol blokir, bukan menekan buku.”

Perilaku ini jelas melawan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN, yang menuntut transparansi dan akuntabilitas. Belum lagi PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin ASN, yang menyebut sanksi bagi pejabat yang menutup diri dari publik: teguran tertulis, penurunan pangkat, hingga pemberhentian dengan hormat. Tapi tombol blokir rupanya jauh lebih menggoda daripada menaati hukum.

Jika ada Olimpiade Nasional Menghindari Wartawan, Abdul Jalil pasti meraih emas, perak, dan perunggu sekaligus. Sekolahnya kini dikenal sebagai Benteng Anti-Keterbukaan, di mana pertanyaan sederhana bisa membuat kepala sekolah berubah menjadi “penjaga gerbang digital paling galak di Indonesia”.

Ironisnya, pejabat yang mestinya menjadi teladan moral dan digital justru menjadi legenda hidup anti-transparansi, memalukan seluruh dunia pendidikan Indonesia. Generasi mendatang mungkin akan belajar satu hal penting: pendidikan berarti menghindari pertanyaan, bukan menjawabnya, dan tombol blokir lebih efektif daripada buku pelajaran.

Semoga suatu hari tombol itu diganti dengan teguran resmi BKD, dan SMA Negeri 1 Gondang kembali menjadi sekolah, bukan arena peperangan anti-media. (hambaAllah).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *