Sidoarjo, Media Pojok Nasional –
Dalam lanskap pemerintahan desa yang kerap stagnan, Slamet Basori, SE tampil sebagai anomali. Kepala Desa Wangkal, Kecamatan Krembung, ini memimpin dengan pendekatan data, empati, dan eksekusi konkret.
Dari penyaluran BLT-DD yang tepat sasaran, hingga program ketahanan pangan berbasis rumah tangga pada Maret 2025, Slamet membuktikan bahwa desa bisa mandiri jika diberi arah yang benar. “Kalau pangan kuat dari pekarangan, desa tak mudah digoyang krisis,” ujarnya dalam kerja bakti massal bersama warga.
Pembangunan tak berhenti pada aspek ekonomi. Pada 2022, ia meresmikan Tugu “SLAMET” sebagai simbol identitas dan kebersamaan warga Wangkal—bukan sekadar bangunan, tapi pernyataan bahwa desa ini punya jati diri yang dibangun bersama.
Tahun 2024, Slamet menggandeng Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) untuk melegalkan BUMDes Sumber Makmur. Sebuah langkah strategis yang membuka jalan bagi ekonomi lokal agar bisa bermitra secara profesional. Desa tak lagi jadi objek pembangunan, tapi subjek yang mandiri.
Masa jabatannya diperpanjang hingga 2026. Tapi alih-alih berpesta, Slamet justru menunduk rendah. “Tambahan waktu bukan bonus, tapi beban untuk diselesaikan dengan tanggung jawab,” katanya di hadapan warga dalam acara tasyakuran sederhana.
Slamet bukan tipe pemimpin yang hanya nyaman di balik meja. Ia tahu kapan harus bicara, dan kapan harus bekerja. Ia membaca kebutuhan warganya, mengeksekusi tanpa banyak sorot kamera. Di tangannya, Wangkal bukan sekadar titik administratif—melainkan medan perubahan. (hamba Allah).