Sentral PKL Andansari 2 yang Mati Suri & Sepi Tanpa Perhatian Khusus dari Pemkab Lamongan

Lamongan, media pojok nasional – 22 Oktober 2024 Sentral Pedagang Kaki Lima (PKL) Andansari 2 yang pernah menjadi pusat keramaian di Lamongan, kini tampak sunyi dan sepi. Area yang dulunya penuh dengan aktivitas jual beli, kini hanya menyisakan beberapa pedagang yang bertahan, sementara sebagian besar lapak kosong tak terisi. Para pedagang menyebut kondisi ini sebagai “mati suri” yang semakin diperparah oleh minimnya perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan terhadap kondisi fasilitas di sentra ini. Sarana dan prasarana yang tidak memadai disebut sebagai salah satu faktor utama yang membuat pengunjung dan wisatawan enggan datang kembali ke lokasi.

Bu Sri Wartini, 39 tahun, seorang pedagang kopi yang telah berjualan di Sentra PKL Andansari 2 selama hampir satu dekade, dengan sedih menceritakan bahwa penurunan drastis aktivitas di tempat ini bermula sejak pandemi Covid-19 pada tahun 2019. “Sejak pandemi, pengunjung mulai sepi . Banyak yang takut keluar rumah, dan otomatis penjualan menurun drastis,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa saat ini, meskipun perbankan sosial sudah mulai dilonggarkan pada tahun 2021, namun pemulihan ekonomi pedagang di sentral tersebut berjalan sangat lambat. Hingga kini, lima tahun pascapandemi, kondisinya belum juga membaik. Katanya.

“Sebelumnya, kami para pedagang di sini bisa mendapatkan penghasilan yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Tapi sekarang, hampir setiap hari lapak-lapak kosong tanpa pengunjung. Beberapa pedagang lain bahkan sudah menyerah dan memilih untuk menutup usaha mereka,” kata Bu Sri dengan menunjukan wajah kesediannya.

Selain dampak pandemi, Bu Sri dan pedagang lain menyebut masalah utama yang memperparah keadaan adalah kurangnya fasilitas penunjang di sentra PKL Andansari 2. Banyak pedagang yang mengeluhkan buruknya infrastruktur di lokasi tersebut, mulai dari area parkir yang sempit, kondisi jalan yang rusak, tempat lapakpun tidak terawat serta cat tempok Uda pudar. Hingga minimnya fasilitas kebersihan seperti tempat sampah dan toilet umum.

Tempat ini sebenarnya punya potensi besar, apalagi letaknya strategis. Namun sayangnya, fasilitas di sini tidak memadai. Jalanan menuju lokasi ini rusak parah, sehingga banyak pengunjung yang enggan datang. Ditambah lagi, tidak ada tempat parkir yang layak, membuat pengunjung sulit mencari tempat parkir untuk memarkir kendaraan mereka,” lanjut Bu Sri.

Selain itu, penerangan di area ini juga sangat minim, terutama pada malam hari. Hal ini membuat lokasi menjadi terlihat suram dan tidak aman bagi pengunjung, terutama bagi para wisatawan yang datang dari luar daerah. Beberapa pedagang menyatakan bahwa mereka telah berulang kali mengajukan permohonan kepada Pemkab Lamongan untuk memperbaiki fasilitas yang ada, namun hingga kini belum ada tanggapan atau tindakan dari pihak pemerintah setempat.

Selain masalah fasilitas, kurangnya promosi dan perhatian khusus dari Pemkab Lamongan juga dinilai sebagai salah satu faktor yang menyebabkan Sentral PKL Andansari 2 kehilangan daya tariknya. Padahal, sebelum pandemi, tempat ini sering menjadi salah satu destinasi belanja dan kuliner bagi warga Lamongan dan daerah luar kota Lamongan.

“Seharusnya pemerintah daerah bisa lebih mempromosikan tempat ini sebagai pusat kuliner dan belanja. Banyak orang yang sebenarnya belum tahu tentang keberadaan Sentral PKL Andansari 2. Jika ada promosi yang baik, saya yakin pengunjung akan kembali berdatangan,” tambah Bu Sri dengan harap yang lebih menjanjikan.

Ia dan para pedagang lainnya berharap Pemkab Lamongan tidak hanya fokus pada pengembangan pusat dunia modern dan mall-mall, tetapi juga memberikan perhatian pada sentra-sentra PKL seperti Andansari 2 yang menjadi tumpuan bagi para pedagang kecil dan menengah.

“Kami hanya meminta agar pemerintah tidak melupakan kami. Sentral PKL ini adalah mata pencaharian kami. Tanpa dukungan pemerintah, sulit rasanya bagi kami untuk bertahan,” ujarnya.

Kemunduran Sentral PKL Andansari 2 juga tidak bisa dilepaskan dari meningkatnya persaingan dengan pusat perbelanjaan modern di Lamongan. Seiring pesatnya pembangunan mall dan supermarket di kota ini, semakin banyak masyarakat yang beralih berbelanja di tempat-tempat yang lebih nyaman dan menawarkan fasilitas yang lebih lengkap. Hal ini tentu berdampak pada sentra-sentra PKL yang sarana dan prasarananya terbatas.

“Mall sekarang ada di mana-mana. Orang-orang lebih suka pergi ke sana karena lebih nyaman, bersih, dan fasilitasnya lengkap. Sedangkan di sini, kita hanya bisa menyediakan tempat seadanya,” ujar Pak Sudarto, 45 tahun, penjual makanan ringan di Sentral PKL Andansari 2.

Menurut Pak Sudarto, meskipun harga-harga yang ditawarkan di Sentral PKL Andansari 2 jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan pusat dunia modern, namun masyarakat cenderung memilih kenyamanan. “Padahal di sini murah, tapi kalau tempatnya tidak nyaman, ya orang pasti malas datang. Ini yang menjadi tantangan kami,” tuturnya.

Meski kondisi Sentral PKL Andansari 2 saat ini terbilang memprihatinkan, para pedagang masih menyimpan harapan besar akan adanya perubahan. Mereka berharap Pemkab Lamongan dapat segera turun tangan untuk memperbaiki sarana dan prasarana di lokasi ini, agar Sentral PKL Andansari 2 dapat kembali menarik minat pengunjung dan menjadi pusat perekonomian yang hidup seperti dulu.

“Kami hanya ingin tempat ini hidup kembali seperti dulu. Kami berharap ada perbaikan infrastruktur, promosi yang lebih gencar, dan perhatian dari pemerintah. Jika semua itu dilakukan, kami yakin sekali sentral PKL Andalas 2 akan semakin maju.

Para pedagang juga berharap agar pemerintah setempat memberikan insentif atau bantuan modal bagi mereka yang terdampak pandemi, sehingga mereka bisa memperbaiki dan memperluas usaha mereka. “Jika ada bantuan dari pemerintah, kami bisa menambah variasi dagangan, memperbaiki tampilan lapak, dan menarik lebih banyak

Sentral PKL Andansari 2, yang dulunya pernah menjadi pusat aktivitas ekonomi di Lamongan, kini berada di ambang spesifikasi akibat dampak pandemi, kurangnya fasilitas, dan minimnya perhatian dari Pemkab Lamongan. Para pedagang di tempat tersebut berharap adanya perubahan dan dukungan dari pemerintah agar mereka bisa terus bertahan dan menghidupkan kembali yang dikirimkan

Dengan perbaikan sarana dan prasarana, serta promosi yang tepat, sentral ini berpotensi besar untuk kembali menjadi destinasi belanja dan kuliner favorit masyarakat. Para pedagang pun masih berharap bahwa Sentral PKL Andansari 2 akan mampu bangkit dari “mati suri”-nya dan kembali hidup seperti Sediakala.(BAMB TRI.SH).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *