M. Doni Rudianto, Kepala Desa Waung yang Menyulap Tradisi Menjadi Identitas Baru

Nganjuk, Media Pojok Nasional –
Di tangan seorang pemimpin muda bernama M. Doni Rudianto, Desa Waung, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk, kini menapaki babak baru pembangunan. Kemenangannya pada Pilkades 2019 bukan hanya perubahan figur di balai desa, tetapi awal kebangkitan semangat kolektif menuju desa yang berdaya dan beridentitas.

Sejak awal masa jabatannya, Doni dikenal memadukan dua kekuatan: administrasi yang tertib dan inovasi berbasis potensi lokal. Melalui program PTSL, ratusan warga Desa Waung akhirnya mengantongi sertifikat tanah, sebuah langkah penting dalam menjamin kepastian hukum dan membuka akses ekonomi produktif bagi masyarakat kecil.

Namun kepemimpinan Doni tidak berhenti pada urusan birokrasi. Ia menyalakan gagasan besar dengan membangun Monumen CB Sang Maestro, ikon yang menggambarkan kebanggaan komunitas motor klasik dan menjadi simbol kebersamaan warga. Monumen ini bukan sekadar hiasan beton, tetapi cikal bakal wisata tematik yang mengangkat nama Waung dalam peta budaya otomotif nasional.

Selain itu, Waung juga tercatat aktif dalam program Desa Bersinar (Bersih Narkoba) yang digagas BNNK. Langkah ini memperlihatkan komitmen Doni dan perangkatnya menjaga generasi muda dari ancaman narkotika sekaligus memperkuat ketahanan sosial di tingkat keluarga.

Tidak berhenti di situ, Waung menjadi bahan kajian akademis oleh universitas ternama terkait pola kemitraan petani padi dengan Bulog Kediri. Fakta ini menandakan bahwa praktik pembangunan di Waung kini menjadi contoh ilmiah tentang hubungan harmonis antara pemerintah desa, petani, dan pasar.

Dalam memimpin, Doni berupaya menjaga tiga keseimbangan penting:

  1. Administrasi dan Kepastian Hak, melalui kerja sama BPN dalam percepatan sertifikasi tanah.
  2. Budaya dan Ekonomi Lokal, lewat pengembangan wisata berbasis komunitas motor CB.
  3. Pemberdayaan Sosial, melalui program edukatif dan pencegahan narkoba di tingkat desa.

Kendati demikian, Doni sadar bahwa membangun desa bukan perkara mudah. Ia masih harus memastikan transparansi anggaran, partisipasi publik, serta keberlanjutan setiap proyek agar manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat.

Kini, di bawah kepemimpinannya, Waung mulai dikenal bukan hanya sebagai desa agraris, tetapi sebagai desa dengan karakter dan kebanggaan. Di tangan M. Doni Rudianto, tradisi lokal tak sekadar dilestarikan—ia disulap menjadi kekuatan identitas dan sumber ekonomi baru.

Dan di situlah letak keistimewaannya: seorang kepala desa yang memimpin bukan dari kursi kekuasaan, melainkan dari denyut kehidupan warganya sendiri.
(hamba Allah).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *