Ketahanan Sosial Berbasis Keluarga: Model Peradaban Baru dari Panularan

Surakarta, Media Pojok Nasional –
Dalam arus globalisasi yang kian menggerus nilai-nilai sosial dan kebersamaan, Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, justru menampilkan wajah lain dari pembangunan manusia. Di bawah naungan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Surakarta, Panularan meneguhkan dirinya sebagai laboratorium sosial, tempat nilai, ilmu, dan empati bertemu untuk membangun keluarga sebagai fondasi utama peradaban.

Serangkaian kegiatan pembinaan keluarga, remaja, hingga lansia yang digelar sepanjang September 2025, membentuk mozaik sosial yang sarat makna. Dari dapur pelatihan UPPKA hingga forum edukatif PIK Remaja, dari ruang belajar orang tua di BKB hingga pertemuan penuh kehangatan para lansia di BKL, semuanya mengandung satu roh yang sama: membangun ketahanan bangsa dari ruang keluarga.

UPPKA Panularan: Membangun Ekonomi dari Kelembutan Tangan Ibu

Pada 4 September 2025, para perempuan tangguh Panularan berkumpul dalam kegiatan Pembinaan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA). Mereka tidak sekadar belajar mengolah bahan pangan, tetapi juga menata ulang cara pandang terhadap ekonomi keluarga.

Melalui pelatihan wirausaha dan inovasi produk rumahan, para ibu diajak memahami bahwa ekonomi keluarga bukan sekadar aktivitas mencari nafkah, tetapi strategi peradaban. Setiap adonan yang mereka bentuk, setiap rasa yang mereka racik, adalah simbol transformasi, dari ketergantungan menuju kemandirian, dari konsumsi menuju produktivitas.

Program ini selaras dengan paradigma Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana) yang digagas BKKBN, di mana pemberdayaan keluarga menjadi kunci utama menciptakan kesejahteraan sosial yang berkelanjutan.

PIK Remaja: Menanam Akal Sehat di Era Digital

Kemudian pada 27 September 2025, semangat keberlanjutan berpindah kepada generasi muda. Dalam kegiatan Pembinaan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja, puluhan pemuda Panularan duduk bersama membicarakan isu-isu yang kerap dihindari: kesehatan mental, literasi digital, dan etika sosial.

Di tengah derasnya arus informasi, kegiatan ini berfungsi sebagai penjernih nalar, mengembalikan remaja kepada hakikat berpikir kritis dan berperilaku bijak. Para fasilitator menghadirkan pendekatan yang tidak menggurui, melainkan membangun kesadaran partisipatif.

Kegiatan ini menjadi miniatur konsep “pembangunan berwawasan generasi”, di mana pendidikan sosial dan moral tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga tumbuh dalam ruang sosial masyarakat. Remaja Panularan belajar, bahwa menjadi modern bukan berarti tercerabut dari nilai.

Bina Keluarga Balita (BKB): Sains, Cinta, dan Peradaban Anak

Kelompok Poktan BKB Nusa Indah VIII Panularan mengemban misi penting, membangun generasi masa depan melalui pendidikan orang tua. Di sini, sains dan kasih sayang berpadu.

Melalui pelatihan tentang tumbuh kembang anak, stimulasi dini, hingga pentingnya komunikasi afektif, para ibu dilatih memahami fase perkembangan anak bukan hanya dari sisi biologis, tetapi juga emosional dan spiritual.

Kegiatan BKB di Panularan mengajarkan bahwa peradaban besar dimulai dari pangkuan ibu yang sadar ilmu, dan dari ayah yang hadir bukan sekadar secara fisik, tetapi secara mental dan spiritual.

Bina Keluarga Lansia (BKL): Merawat Usia, Menjaga Martabat

Sementara itu, di bawah rindangnya halaman rumah warga, para sesepuh Panularan berkumpul dalam kegiatan BKL (Bina Keluarga Lansia). Suasana akrab terasa, bukan dalam kesunyian usia senja, tetapi dalam keaktifan yang menegaskan bahwa lansia tetap berharga, tetap berarti.

Para pendamping menyampaikan edukasi kesehatan, nutrisi, dan kebugaran mental. Namun lebih dari itu, kegiatan ini menanamkan filosofi penting: usia lanjut adalah fase kematangan, bukan kemunduran.

BKL di Panularan menjadi oase bagi mereka yang telah menapaki panjangnya perjalanan hidup, tempat di mana martabat dipelihara dan pengalaman dihormati.

Sebuah Simfoni Sosial: Ilmu, Empati, dan Ketahanan

Di balik setiap kegiatan, ada figur visioner yang menata arah: Sri Indiarti, Ketua Forum Komunikasi PPKBD Kelurahan Panularan, bersama pendamping Danny Sandra. Di tangan mereka, konsep pembinaan keluarga bukan hanya program administratif, tetapi gerakan sosial yang berakar pada keilmuan dan berbuah pada perubahan nyata.

“Kami membangun Panularan bukan dengan proyek, tapi dengan kesadaran. Kesadaran bahwa keluarga adalah inti dari bangsa yang beradab,” ujar Sri Indiarti dalam penutupan kegiatan BKL.

Pernyataan itu bukan retorika. Ia adalah refleksi dari praktik pembangunan sosial yang selaras dengan teori-teori mutakhir pembangunan manusia berkelanjutan (Human Sustainable Development). Panularan sedang membuktikan, bahwa keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari angka pertumbuhan ekonomi, tetapi dari ketahanan moral, sosial, dan psikologis masyarakatnya.

Dari kegiatan UPPKA, PIK Remaja, BKB, hingga BKL, Panularan telah menulis narasi baru tentang pembangunan keluarga: terpadu, ilmiah, dan humanistik.

Kelurahan ini membuktikan bahwa ketika negara hadir melalui pendidikan, pemberdayaan, dan empati sosial, maka pembangunan menjadi gerakan yang hidup, bukan sekadar kebijakan.

Panularan tidak sedang membangun desa dalam pengertian administratif; Panularan sedang membangun peradaban keluarga Indonesia.

Dari ruang sederhana di Kecamatan Laweyan, gema ini mengalun hingga level nasional: bahwa masa depan bangsa tidak lahir di gedung-gedung tinggi, melainkan di meja makan keluarga yang penuh cinta, di ruang dialog remaja yang penuh nalar, dan di pangkuan ibu yang sarat kasih serta ilmu. (hambaAllah).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *