Gresik, Media Pojok Nasional – Fajar belum sempurna merekah, tapi ribuan umat sudah berduyun-duyun memenuhi Masjid KH Robbach Ma’sum, Balongpanggang, Gresik. Senin (31/3/2025), mereka datang dengan wajah penuh harap, hati yang khusyuk, dan jiwa yang kembali bersih setelah sebulan ditempa dalam Ramadhan.
Gema takbir menggetarkan dada, menggema hingga ke penjuru langit, membawa rindu akan kampung halaman, keluarga, dan orang-orang terkasih yang mungkin tak lagi di sisi. Hari kemenangan telah tiba, namun air mata tak terbendung. Ada yang menitikkan haru karena berhasil menyempurnakan Ramadhan, ada pula yang terisak mengenang mereka yang dulu berdiri di saf yang sama, tapi kini hanya tersisa dalam doa.
KH. Dr. S. Hariyanto berdiri di mimbar, suaranya bergetar namun penuh ketegasan. Dalam khutbahnya, ia mengingatkan bahwa kebahagiaan Idul Fitri bukan soal baju baru atau hidangan melimpah, tapi tentang seberapa banyak doa yang telah dipanjatkan, seberapa tulus ibadah yang telah dilakukan, dan seberapa kuat hati bertahan dalam ujian kehidupan.
“Hari ini kita merayakan kemenangan. Tapi ingat, kemenangan sejati adalah saat kita kembali kepada Allah dalam keadaan bersih. Jangan sia-siakan Ramadhan yang telah berlalu, jadikan ia sebagai awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik,” pesannya dengan mata berkaca-kaca.
Usai sholat, tangan-tangan kecil anak yatim piatu menengadah menerima santunan. Mata mereka berbinar, penuh syukur, meski di hati mereka tersimpan kerinduan pada sosok ayah dan ibu yang telah tiada. Jamaah yang hadir pun tak kuasa menahan haru. Ini bukan sekadar perayaan, ini adalah pengingat bahwa berbagi adalah bagian dari makna Idul Fitri itu sendiri.
Di ruang bawah Masjid Islamic Center, jamaah duduk melingkar, menikmati hidangan sederhana bersama. Tak ada sekat, tak ada perbedaan. Semua bersatu dalam kebersamaan. Sebab pada akhirnya, Idul Fitri bukan hanya tentang kembali suci, tapi juga tentang bagaimana kita menjaga hati agar tetap bersih, penuh syukur, dan terus berbagi.
Langit Balongpanggang hari itu menjadi saksi. Bahwa di antara ribuan takbir yang berkumandang, ada doa-doa yang melangit, ada rindu yang membuncah, dan ada hati-hati yang kembali pada fitrahnya.
(hen)