Gresik, Media Pojok Nasional –
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Ngipik, Gresik, tak hanya menjadi titik akhir limbah, tetapi berubah menjadi laboratorium lapangan bagi dunia pendidikan dan pusat inovasi pengelolaan sampah di tingkat tapak. Dua narasi berbeda berpadu di lokasi ini: mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggali teori menjadi praktik nyata, sementara aparatur sipil negara (ASN) mengeksekusi inovasi berbasis kebutuhan lapangan.
Sebanyak 150 mahasiswa dari Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian ITS melaksanakan Kuliah Lapangan pada Kamis, 26 Juni 2025. Kegiatan ini menjadi bagian penting dari mata kuliah Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (PTPA), mempertemukan mahasiswa dengan sistem pengelolaan sampah terpadu secara langsung di lapangan.
TPA Ngipik menghadirkan integrasi teknologi pengolahan, mulai dari pengomposan sampah organik, konversi residu menjadi RDF (Refuse Derived Fuel), hingga pengolahan air lindi melalui instalasi limbah cair (IPAL). Di sisi lain, pemulihan lahan eks pembuangan diwujudkan melalui program pembibitan dan penghijauan, memperlihatkan kesinambungan antara pengelolaan limbah dan rehabilitasi ekologis.
Namun bukan hanya itu. Di balik kerja rutin pengelolaan sampah, hadir sebuah aksi perubahan, inovasi pelet sampah organik. Wawan, ASN Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik, menciptakan solusi alternatif berbasis limbah rumah tangga berupa pelet pakan ternak.
Inovasi ini merupakan produk konkret dari Diklat Kepemimpinan Administrator (Diklat PIM), memadukan metode fermentasi dan pencetakan untuk mengubah limbah nasi basi, potongan sayur, dan kulit buah menjadi pakan ekonomis dan ramah lingkungan.
“Inovasi ini lahir dari realita di lapangan. Setiap hari, TPA menerima tumpukan sampah organik yang belum tergarap maksimal. Maka kami ubah menjadi pelet terbak, sebagai opsi pakan untuk peternak kecil,” ujar Wawan, seraya menekankan pendekatan sederhana yang bisa direplikasi secara luas.
Secara teknis, proses peletisasi meliputi pencacahan, fermentasi, pengeringan, dan pencetakan. Hasil akhir memiliki tekstur dan kandungan nutrisi yang adaptif untuk pakan ternak tertentu. Ini tak hanya menurunkan beban TPA, tetapi juga menciptakan nilai baru dari limbah yang selama ini terbuang.
Kolaborasi antara dunia akademik dan birokrasi ini memperlihatkan bagaimana sistem pengelolaan sampah terpadu dapat ditransformasikan menjadi platform edukasi dan inovasi. Mahasiswa ITS memperoleh pembelajaran konkret dari sistem yang diterapkan DLH Gresik, sementara ASN mengintegrasikan visi keberlanjutan melalui inovasi teknis.
Slogan “Gresik Lestari, Menanam Sampai Mati” bukan sekadar retorika, melainkan kerangka kerja lingkungan yang aktif dijalankan: dari penanganan limbah, pemulihan lahan, hingga konversi limbah menjadi sumber daya produktif. Dalam lanskap inilah, TPA Ngipik menjadi lebih dari sekadar tempat buang akhir, ia menjadi titik awal transformasi gagasan menuju aksi. (hamba Allah).