Sugiono dan Gagasan Harmoni: Dari Sumberdadi, Sebuah Tafsir Baru Menuju Lamongan Berdaya Saing

Lamongan, Media Pojok Lamongan –
Hari Jadi Lamongan ke-456 tak hanya menjadi ajang perayaan sejarah, tapi juga momen refleksi atas arah masa depan. Di tengah gema tema “Harmoni Menuju Lamongan Berdaya Saing,” muncul satu suara dari desa yang membawa makna lebih dalam dari sekadar slogan. Suara itu datang dari Sugiono, Kepala Desa Sumberdadi, Kecamatan Mantup.

Dalam pandangannya, harmoni bukanlah sekadar keadaan tenang, tetapi proses dinamis yang menjembatani beragam potensi lokal menjadi satu kekuatan kolektif. “Harmoni, bagi kami di desa, adalah bagaimana semua unsur—petani, pemuda, ibu rumah tangga, pelaku usaha—tidak hanya hidup berdampingan, tapi saling menguatkan,” ujar Sugiono dalam percakapan hangat yang jauh dari kesan formal.

Gagasan ini sederhana, tapi memiliki kedalaman yang tak terduga. Sugiono tidak berbicara tentang pembangunan dalam logika kuantitatif semata. Ia lebih tertarik pada bagaimana masyarakat desa membentuk jejaring nilai, kepercayaan, dan kerja sama. “Kita tidak sedang mengejar kompetisi dalam arti sempit, tetapi bagaimana menjadikan desa sebagai simpul stabilitas dan inovasi. Lamongan bisa berdaya saing kalau desanya punya pijakan,” katanya.

Yang menarik, Sugiono tidak menyodorkan klaim—ia menawarkan sudut pandang. Ia memandang desa sebagai arena kreatif, bukan hanya administratif. Di Sumberdadi, ia mendorong terbangunnya ekosistem yang inklusif: pelatihan digital untuk pemuda, penguatan ekonomi keluarga melalui koperasi kecil, dan konservasi sumber daya lokal sebagai modal sosial.

“Kadang, kita terlalu fokus pada indikator makro. Padahal, kekuatan Lamongan justru lahir dari detail-detail kecil yang hidup di desa—yang tak selalu tampak di laporan, tapi nyata dalam keseharian,” ucapnya.

Sugiono tak bermaksud memberi penilaian pada kebijakan yang ada. Ia lebih memilih menawarkan alternatif, bahwa dari desa, bisa lahir cara baru memaknai daya saing. Bukan sebagai adu cepat, tetapi proses tumbuh yang seimbang, berakar, dan berkelanjutan.

“Selamat Hari Jadi Lamongan ke-456. Semoga harmoni tak hanya jadi tema, tapi menjadi kesadaran bersama, dimulai dari desa, diteruskan sampai kota,” tutup Sugiono. (hamba Allah).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *